Kantor cabang untuk PT BANK DBS INDONESIA di Indonesia
Anda dapat menemukan kantor cabang lokal untuk PT BANK DBS INDONESIA di Indonesia di bawah ini.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Transport & Logistik
a. GoRide. GoRide merupakan layanan transportasi dengan sepeda motor alias ojek.
b. GoCar. GoCar adalah layanan transportasi dengan mobil.
c. GoSend. GoSend adalah layanan pengiriman barang secara instan dengan cakupan wilayah dalam kota.
d. GoBox. GoBox adalah layanan pengiriman barang dalam jumlah besar dengan menggunakan kendaraan roda empat. Tidak seperti gosend, layanan ini tidak menerapkan jarak maksimal. Mengirim barang bisa lebih dari 100 KM pada area layanan GoBox. Wilayah GoBox antara lain Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Palembang, Balikpapan., Makassar, Malang, Solo, Karawang, Tasikmalaya, Serang, dan Cirebon.
e. GoBlueBird. Ini adalah layanan pemesanan taksi Blue Bird. Lewat GoBlueBird, pelanggan bisa mengakses puluhan ribu armada Blue Bird di seluruh Indonesia.
a. GoPay. GoPay adalah dompet digital serba bisa, mulai dari transaksi cepat untuk semua layanan Gojek dan ratusan Rekan Usaha, hingga mengirim atau menerima uang dengan mudah, semua bebas dilakukan bersama GoPay.
b. GoTagihan. GoTagihan adalah layanan untuk membayar agihan air, BPJS, gas, internet, listrik, tv kabel.
c. GoPayLater. GoPayLater dari Findaya adalah metode pembayaran yang merupakan bagian dari GoTo Financial. Segala urusan mulai dari bayar tagihan, beli makanan sampai pakaian, semua bisa kamu penuhi di layanan Gojek, Tokopedia hingga Rekan Usaha GoPay online, dan offline kapan aja bayarnya abis gajian.
d. GoGive. GoGive adalah layanan yang memungkinkan pelanggan untuk menyalurkan bantuannya.
e. GoSure. GoSure adalah produk asuransi barang-barang.
f. GoInvestasi. GoInvestasi adalah cara termurah dan termudah untuk berinvestasi dan membangun kebiasaan menabung.
g. GoCorp. GoCorp adalah layanan yang memudahkan perusahaan untuk memberikan fasilitas transportasi karyawan melalui aplikasi Gojek yang dapat dikelola limit pemakaiannya. Mode transportasi dengan jutaan mitra pengemudi GoCar, GoCar Protect+ dan GoRide siap melayani kebutuhan mobilitas karyawan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Go-Jek didirikan pada tahun 2010 sebagai perusahaan jasa transportasi berbasis mobile di Indonesia yang menyediakan layanan antar jemput penumpang, kurir, belanja, dan pembayaran secara digital. Go-Jek bermitra dengan pengendara ojek untuk menyediakan layanan tersebut melalui aplikasi seluler.
%PDF-1.5 %µµµµ 1 0 obj <>>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 841.92] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½YÝ�œ8iþá´í`c�¢•&Mr“�ÝL´Ñ=ÐiÒÍÐÐ}4\tÿýU•ÍGÍd¥ÀÎè±�]?Wýªp^Ü;/_¾¸{}ûÆñ_ü+)·Ž›–«ÏŸ¼_u^½yíüçúÊg>þE‘æŽï¨X1)œ(à,N•^_ýù§¼¾zõp}õâŸÜáÂyøv}…K}‡;"–LJGûðVà<°èÝ'ílO°¯³¥§È>½»¾úâ¾òV½yåÜÞzÿvÞ__½…}¿¾úY9¤ô™äC9èx{ª3ïa
PT Gojek Indonesia dimulai dengan satu layanan transportasi, yakni dengan ojek online. Namun sekarang, sudah ada lebih dari 20 produk dan layanan, yang terbagi dalam lima kategori, yakni sebagai berikut:
Pesan Makanan dan Belanja
a. GoFood. GoFood adalah layanan di mana pelanggan bisa memesan makan dan di antar ke tujuan.
b. GoMart. GoMart adalah layanan di mana pelanggan dapat berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa perlu keluar rumah, cukup pilih item belanjaan, bayar, lalu tunggu belanjaan diantar sampai rumah.
c. GoMed. GoMed adalah layanan yang memudahkan akses ke layanan berkualitas yang disediakan oleh dokter asli dan lembaga kesehatan terpercaya bagi pengguna Gojek di Indonesia.
d. GoShop. GoShop adalah salah satu produk Gojek yang memungkinkan Anda membeli hampir semua hal, dari mana saja.
a. GoPlay. GoPlay merupakan layanan streaming yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati berbagai jenis hiburan.
b. GoTix. GoTix adalah layanan pemesanan tiket bioskop secara online.
a. GoBiz. GoBiz adalah super app dari Gojek yang diperuntukkan khusus para pebisnis di Indonesia. Dari kelola pesanan GoFood dan di toko, terima pembayaran GoPay, analisa laporan penjualan, sampai buat promo; semua bisa dilakukan di aplikasi GoBiz.
b. Midtrans. Midtrans adalah layanan menerima pembayaran online dan offline. Dengan 24 metode pembayaran online dan offline, pelanggan Anda dapat memilih untuk menggunakan e-money, kartu kredit/debit, e-banking, atau pembayaran tunai di gerai.
c. Moka. Moka adalah layanan yang menyediakan berbagai solusi untuk kebutuhan penjualan offline & online. Moka memiliki sistem POS untuk toko offline serta memungkinkan Anda untuk membangun toko online pribadi melalui GoStore.
d. Selly. Selly merupakan keyboard lengkap untuk bantu kamu para penjual online. Mulai dari cek ongkir, balas chat dengan auto-text, hingga pesan kurir & layani pembayaran, semua bisa dilakukan tanpa perlu pindah-pindah aplikasi.
Cabang-Cabang Platinum di Jakarta
Dealer & Bengkel Honda Netral Jaya Motor Tasikmalaya adalah salah satu showroom Benelli terpopuler di Tasikmalaya. Jl. R.E. Martadinata No.256, Panyingkiran, Kec. Indihiang, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat 46151, Indonesia. Anda dapat mengunjungi atau menghubunginya untuk mendapatkan detail lebih lanjut tentang Motor Benelli. Kami telah mengumpulkan informasi dealer motor, showroom, pusat layanan untuk Anda. Dapatkan jam buka, nomor telepon, review, dan foto mereka untuk
%PDF-1.5
%âãÏÓ
255 0 obj
<>
endobj
261 0 obj
<>/Filter/FlateDecode/ID[<7511A4F67286684FBB4E027E9EE5FB1D>]/Index[255 24]/Info 254 0 R/Length 53/Prev 205183/Root 256 0 R/Size 279/Type/XRef/W[1 2 1]>>stream
hŞbbd``b`Z$k@„�`Y$¸^‰w)LŒŒ}@#•ˆÿg> ô2
endstream
endobj
startxref
0
%%EOF
278 0 obj
<>stream
hŞb```"/É™É Ä€ B@1f�F†áT\tÃL¸7000şcˆ<À$Àâ±ÿ÷†cÉ3ΤÎ8S°Y‚ƒ¡‚ N}@óÅXói fYÈè¶_MA©/j1ƒô�˜8kÁL ÍÌÀÀ—Å r,s�’a`í]ÒÄw È+#
endstream
endobj
256 0 obj
<>/Metadata 26 0 R/Pages 253 0 R/StructTreeRoot 39 0 R/Type/Catalog>>
endobj
257 0 obj
<>/MediaBox[0 0 516 728.52]/Parent 253 0 R/Resources<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI]>>/Rotate 0/StructParents 0/Tabs/S/Type/Page>>
endobj
258 0 obj
<>stream
hޤVmoÚ0ş+–öeÓVün'S…´h•ºjj»1©ê‡"ğ
JÒı÷»s”BÆ9>û|ñù�çÎFF„‘„+
½"š0š(BoˆQoIÀô ı|H8g °ŒpÉ-œp#qFnœ�o†hl
ğu�KT"¤Áè §§´í†~¿¾ ·/˘öÆ…K¿ŸÅ2ÿLé"Êã—�›Ğåi‚f_�vGğe�Ÿ€m*üT+ü4#ÿûX!ˆ�¬^�m o„Õ8TʯY¯®ú
ÌߌÁ‘è›Mô]¡/Z¡o÷£Ïš©kBy}³B_´Ø�şşlİ ¼áª�ı#ğ�”•$+ µ(c/ NÍX«&<ô¯©�ÍËœ�—±áH”ZT26\Ǽ%J¨5kBáls?ô£ÙãMÿêó`o·ÎÆV5Oí½)åC”=–á&[9Ü
%]eºZ¶M×�é]ÕÆM#‚&]wŞ4.TÔ•Å
,tíe.š·#¨”M‚]Tµ!¨
6ï¿íqáµb3¼°¤Œ®j]y ˆ�b VÅ€#ÛÀâÀUPw_ÈO¸é¨�u�’[�}0+·3óõŠòç`ÿ¯C½¢Î庾4ûFvÖ9ùÛÌáUm8xáT‘>’eú$ÖhfJšı` V`³
endstream
endobj
259 0 obj
<>stream
xœ�Yİoã6�ÿA�RÓâ‡H©(
8»í^zÍ"w›b‚>(±“(¶$Ÿ%÷°ÿ}g†”"Ú–ímu$r8Îço¨élÓÏùSüôÓtÖ¶ùÓëbÕ‘ßË1_ŒSÆ¥Ï먚ä)3vºQ‚ñÎ1øY{ë¾CÃe_ğèp�·|%aO¯çêƒkf̸{úP'õáœ%#ÇêIU¶Kú©~Ã,ƒh¢LÑÈeXÍë*šdt¦Èi*¥S¶ù–ŞLø-1A�éë,,¥u�bY�—Øá
—9Æ—YåEåâ¢I:.·;bcÄYÁgëU±Ì›˜ˆ,ÿ�ƒgn¢ ×Ñp.ÍÂY…“K”“¨3wCç±²G
Oleh Al-Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas حفظه الله
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
TAKHRIJ HADITS Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân).
SYARAH HADITS Hadits ini menunjukkan bahwa iman mencakup keyakinan dan perbuatan hati, amalan anggota badan, perkataan lisan, serta semua yang bisa mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla , juga segala yang dicintai dan diridhai-Nya, baik yang wajib maupun yang mustahabb. Itu semua masuk dalam iman.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اَلْإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْبِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً
Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih , atau enam puluh cabang lebih
Definisi iman menurut Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa dien dan iman adalah ucapan dan perbuatan; perkataan hati dan lisan, amalan hati, lisan dan anggota tubuh.
Iman itu bertambah dengan sebab ketaatan dan bisa berkurang dengan sebab perbuatan dosa dan maksiat.
Prinsip Ahlus Sunnah tentang iman adalah sebagai berikut:[2]
Barangsiapa berpendapat demikian, maka ia telah sesat dan menyesatkan. Sesungguhnya pemahaman seperti ini berasal dari kejelekan faham kaum Murji’ah.
Dalam hadits ini disebutkan iman yang paling utama, yang paling rendah, serta yang pertengahan. Yang pertengahan yaitu malu. Malu disebutkan di sini, karena ia merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang mengerjakan seluruh cabang keimanan.
Orang merasa malu terhadap Allâh Azza wa Jalla karena menyadari nikmat Allâh Azza wa Jalla yang melimpah kepadanya, kedermawanan-Nya, kemuliaan nama-nama dan sifat-sifat-Nya –sementara dia seorang hamba yang sangat banyak kekurangannya terhadap Rabbnya Yang Maha Mulia dan Maha Besar, dia menzhalimi dirinya dan bermaksiat. Kesadaran ini mengharuskan dirinya memiliki rasa malu untuk mencegahnya dari (berbuat) kejahatan dan mengerjakan segala kewajiban dan keutamaan-keutamaan.
Cabang iman yang paling tinggi, paling pokoknya, akar dan pondasi iman adalah perkataan لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ dengan jujur dari hatinya, dalam keadaan tahu, sadar dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allâh semata. Allâh Azza wa Jalla, Rabb yang mengurusnya dan mengurus seluruh alam dengan keutamaan dan kebaikan-Nya.
Segala sesuatu itu selain Allâh Azza wa Jalla itu faqir, hanya Allâh Yang Maha Kaya. Segala sesuatu itu lemah, hanya Allâh Yang Maha Kuat. Kemudian seorang hamba beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla dalam setiap keadaan, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Karena semua cabang-cabang iman itu merupakan cabang dan buah dari pokok ini.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa sebagian iman itu kembali kepada pengikhlasan ibadah kepada Allâh dan sebagiannya lagi kembali kepada berbuat baik kepada sesama makhluk.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ
Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh
Kalimat syahadat merupakan kalimat yang paling agung dan memiliki banyak keutamaan.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah mengatakan, “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allâh. Kalimat yang menjadi tegak dengannya langit dan bumi. Semua makhluk diciptakan karena kalimat ini. Dengan (membawa misi) kalimat itu, Allâh Azza wa Jalla mengutus para Rasul-Nya, menurunkan Kitab-kitab-Nya, dan menetapkan syari’at-Nya. Dengan sebab kalimat itulah mizan (timbangan) diadakan, diletakkan catatan-catatan amal, serta manusia digiring menuju surga atau neraka. Dengan sebab kalimat ini, makhluk terbagi menjadi dua: Mukmin dan kafir, serta yang baik dan yang jahat. Kalimat itu adalah pangkal dari penciptaan, perintah, pahala, dan siksa. Ia adalah kebenaran yang karenanya makhluk diciptakan. Tentangnya dan tentang hak-haknya diadakan pertanyaan dan hisab (perhitungan). Atas dasar kalimat itulah ada pahala dan siksa, kiblat dipancangkan, dan azas-azas agama diletakkan. Dan karena kalimat inilah pedang-pedang jihad dihunus. Dia adalah hak Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas segenap makhluk-Nya. Dia adalah kalimat Islam dan kunci negeri kesejahteraan (Surga). Tentangnyalah makhluk yang pertama dan yang terakhir akan ditanya.
Sungguh, kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser di hadapan Allâh Azza wa Jalla sampai dia tanya tentang dua pertanyaan:
Jawaban pertanyaan pertama ialah dengan mewujudkan (syahadat) “Lâ ilâha illallâh (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allâh)” dalam ‘ilmu (pengetahuan), pengakuan dan pengamalan.
Sedang jawaban pertanyaan kedua adalah dengan mewujudkan (syahadat) “bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allâh” baik dalam ‘ilmu (pengetahuan), pengakuan, kepatuhan, dan ketaatan.”[3]
Makna Kalimat[لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ [4 Makna yang benar dari kalimat Tauhid لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ adalah:
لَا مَعْبُوْدَ بِـحَقٍّ إِلَّا اللهُ
Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allâh
Lafazh لَا إِلٰـهَ (lâ ilâha) adalah menafikan semua yang disembah selain Allâh, dan lafazh إِلَّا اللهُ (illallâh) adalah menetapkan segala bentuk ibadah yang ditujukan hanya kepada Allâh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan kepada-Nya, sebagaimana tidak ada sekutu bagi Allâh dalam kekuasaan-Nya.[5]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “Apabila seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilâh yang berhak diibadahi kecuali Dia, maka ia telah memberitakan, menjelaskan, dan mengabarkan bahwa selain-Nya bukan ilah yang berhak diibadahi. Allâh satu-satunya yang berhak diibadahi.”[6]
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ini merupakan kalimat yang paling agung yang menafikan sesembahan kepada selain Allâh dan menetapkan segala sifat yang istimewa untuk Allâh Azza wa Jalla . Penunjukan kalimat ini akan penetapan bahwasanya tiada ilah yang berhak disembah selain Allâh lebih besar daripada sekedar perkataan kita “Allâh adalah Ilaah,” dan tidak ada satupun yang meragukan ini.”[7]
Semua yang disembah selain Allâh dinamakan آلِهَة (tuhan-tuhan) karena mereka memang disembah oleh manusia, meskipun pada hakikatnya mereka tidak berhak diibadahi tetap saja namanya tuhan. Akan tetapi, semua itu adalah tuhan yang bathil. Maka, penamaan إِلٰـهٌ (ilaah) bagi sesembahan selain Allâh ditetapkan dalam satu segi dan dinafikan dalam segi yang lain. Ditetapkan dari segi eksistensinya dan dinafikan dari segi keberhakannya untuk diibadahi.[8]
Rukun-Rukun Kalimat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ Kalimat syahadat lâ ilâha illallâh memiliki dua rukun: yaitu al-itsbât (menetapkan) dan an-nafyu (meniadakan).
Lafazh lâ ilâha berarti meniadakan atau menolak (an-nafyu) segala ilah (sesembahan) selain Allâh Azza wa Jalla .
Dan lafazh illallâh berarti menetapkan (al-itsbaat) bahwa segala bentuk ibadah (penghambaan) itu hanya bagi Allâh semata, tidak ada sesuatu pun yang boleh dijadikan sebagai sekutu dalam peribadahan kepada-Nya.
Ini ditopang dengan dalil-dalil yang sangat banyak, di antaranya:
Firman Allâh Azza wa Jalla :
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
… Barangsiapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allâh, maka sungguh ia telah berpegang pada tali yang sangat kuat. Allâh Maha Mendengar, Maha Mengetahui. [Al-Baqarah/2:256]
Rukun pertama yaitu an-nafyu, ada pada lafazh,
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ
“…Barangsiapa yang ingkar kepada thaghut…”
Imam Malik rahimahullah mengatakan, “Thaghut adalah semua yang diibadahi selain Allâh Azza wa Jalla .”[9]
Sedangkan rukun kedua yaitu al-itsbât, ada pada lafazh:
“… Dan beriman kepada Allâh…”
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Demikianlah (kebesaran Allâh) karena Allâh, Dia-lah (Rabb) Yang Haqq (untuk diibadahi). Dan apa saja yang mereka ibadahi selain Dia, itulah yang bathil. Dan sungguh Allâh, Dia-lah Yang Mahatinggi, Mahabesar.”[Al-Hajj/22: 62]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Barangsiapa telah mengucapkan lâ ilâha illallâh (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allâh) dan mengingkari (sesembahan-sesembahan) selain Allâh, maka haramlah harta dan darahnya, dan hisab (perhitungan amal)nya diserahkan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala[10]
Konsekuensi dari rukun kalimat ini yaitu seorang Muslim yang sudah jelas mengucapkan kalimat tauhid ini, maka ia wajib menolak dan mengingkari semua yang disembah selain Allâh Azza wa Jalla . Semua yang disembah dan diibadahi selain Allâh adalah bathil. Dan ia pun wajib menetapkan bahwa satu-satunya yang benar dan yang wajib diibadahi hanya Allâh Azza wa Jalla saja. Kita wajib beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla dan tidak boleh kepada selain-Nya.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ
Dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menekankan keharusan menyingkirkan gangguan dari semua jalan kebaikan, Karena itu merupakan kebaikan yang mengandung banyak manfaat, serta bisa mencegah bahaya pada makhluk.
Seorang yang beriman harus berusaha menyingkirkan apa saja yang mengganggu jalan kaum Muslimin. Dia harus berusaha menyingkirkan batu, duri, kayu, pohon yang tumbang, dahan yang patah, pecahan kaca dan yang lainnya. Dan termasuk mengganggu jalan kaum Muslimin yaitu bila seseorang parkir mobil atau motor atau berhenti sembarangan yang menutup jalan orang lewat. Oleh karena itu seseorang harus parkir pada tempatnya dan tidak boleh mengganggu jalan kaum Muslimin.
Menyingkirkan gangguan dari jalan kaum Muslimin mempunyai banyak keutamaan, di antaranya:
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيْقِ كَانَتْ تُؤْذِي الْمُسْلِمِيْنَ
Sungguh, aku melihat seseorang bolak-balik (bersenang-senang) di surga dengan sebab sebatang pohon yang ia potong dari jalan karena mengganggu kaum Muslimin.[11]
وَفِي رِوَايَةٍ : مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهرِ طَرِيْقٍ ، فَقَالَ : وَاللهِ لَأُنَـحِّـيَنَّ هَذَا عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ لَا يُؤْذِيْهِمْ ، فَأُدْخِلَ الْـجـَنَّةَ
Dalam riwayat lain: Ada laki-laki yang melewati batang pohon yang berada di tengah jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allâh! Saya akan menyingkirkannya agar tidak mengganggu kaum Muslimin.’ Maka (dengan itu) ia dimasukkan ke surga.”[12]
وَفِي رِوَايَةٍ لَهُمَا : بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَريْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيْقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ
Dalam riwayat lain di al-Bukhâri dan Muslim, “Suatu hari seseorang melewati sebuah jalan lalu mendapati dahan berduri di jalan tersebut. Lalu ia menyingkirkannya, kemudian dengan itu Allâh berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.”[13]
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيْمَانِ
Dan malu itu termasuk bagian dari iman
Malu yaitu rasa yang menimpa seseorang ketika dia melakukan perbuatan yang membuatnya gelisah. Malu termasuk sifat yang terpuji. Akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya juga malu. Sampai-sampai Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit, tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah malu dalam kebenaran.
Jadi, malu itu adalah sifat terpuji, tetapi tidak patut malu dalam hal kebenaran. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ
… Allâh tidak malu (menerangkan) yang benar… [Al-Ahzâb/33:53]
Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا
Sesungguhnya Allâh tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu… [Al-Baqarah/2:26]
Tidak patut malu dalam kebenaran. Rasa malu pada selain kebenaran, termasuk akhlak terpuji. Orang yang tidak memiliki rasa malu, dia tidak peduli dengan apa yang dia perbuat dan apa yang dia katakan. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ الْأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ؛ فَاصْنَعْ مَاشِئْتَ
Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah: ‘Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.[14]
Malu adalah satu kata yang mencakup perbuatan menjauhi segala apa yang dibenci.[15]
Imam Ibnul Qayyim t berkata: “Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang berpendapat bahwa malu berasal dari kata al–hayâ (hujan), tetapi makna ini tidak masyhur. Hidup dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu seseorang. Begitu pula dengan hilangnya rasa malu dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Al-Junaid rahimahullah berkata, “Rasa malu yaitu menyadari kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan rasa malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotifasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.’”[16]
Kesimpulan definisi di atas ialah bahwa: Malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat dan mencegah dari sikap melalaikan hak orang lain.[17]
Malu, ada dua jenis, yaitu:
1. Malu yang merupakan karakter dan watak bawaan Malu seperti ini adalah akhlak paling mulia yang diberikan Allâh Azza wa Jalla kepada seorang hamba. Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْحَيَاءُ لَا يَأْتِيْ إِلَّا بِخَيْرٍ
Malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.[18]
Karena malu seperti ini menghalangi seseorang dari mengerjakan perbuatan buruk dan tercela serta mendorongnya berperangai dengan akhlak mulia. Dalam konteks ini, malu seperti itu termasuk iman. Al-Jarrah bin ‘Abdullah al-Hakami rahimahullah berkata, “Aku tinggalkan dosa selama empat puluh tahun karena malu kemudian aku mendapatkan sifat wara’ (takwa).”[19]
2. Malu yang timbul karena adanya usaha Yaitu malu yang didapatkan dengan ma’rifatullâh (mengenal Allâh) dengan mengenal keagungan-Nya, kedekatan-Nya dengan hamba-Nya, perhatian-Nya terhadap mereka, pengetahuan-Nya terhadap mata yang khianat dan apa saja yang dirahasiakan oleh hati. Malu yang didapat dengan usaha ini juga sebagai bagian dari iman. Siapa saja yang tidak memiliki malu, baik yang berasal dari tabiat maupun yang didapat dengan usaha maka tidak ada sama sekali yang menahannya dari perbuatan keji dan maksiat, sehingga ia menjadi syaitan yang terkutuk yang berjalan di muka bumi dengan tubuh manusia. Kita memohon keselamatan kepada Allâh.[20]
Dahulu orang-orang Jahiliyyah sangat merasa berat untuk melakukan hal-hal yang buruk karena dicegah oleh rasa malunya. Diantara contohnya, apa yang dialami oleh Abu Sufyan ketika bersama Heraklius ketika ia ditanya tentang Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Sufyan berkata:
فَوَاللهِ، لَوْلَا الْـحَيَاءُ مِنْ أَنْ يَأْثِرُوْا عَلَيَّ كَذِبًا لَكَذَبْتُ عَلَيْهِ
Demi Allâh! Kalau bukan karena rasa malu yang aku khawatir dituduh sebagai pendusta oleh mereka, niscaya aku akan berbohong kepadanya (tentang Rasûlullâh).[21]
Rasa malu telah menghalanginya untuk berbuat dusta mengenai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Dia malu dituduh sebagai pendusta.
Konsekuensi malu menurut syari’at Islam yaitu sebagaimana disebutkan dalam hadits. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ. مَنِ اسْتَحْىَا مِنَ اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ فَلْيَحْفَظِ الرَّأْسَ وَمَاوَعَى وَلْيَحْفَظِ الْبَطْنَ وَمَاحَوَى وَلْيَذْكُرِ الْمَوْتَ وَالْبِلَى، وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِيْنَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ فَعَلَ ذٰلِكَ فَقَدِ اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ حَقَّ الْحَيَاءِ
Hendaklah kalian malu kepada Allâh dengan sebenar-benar malu. Barangsiapa merasa malu kepada Allâh dengan benar, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya! Hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandungnya! Dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan (ketika engkau sudah menjadi) tulang belulang! Barangsiapa menginginkan kehidupan akhirat, hendaklah ia meninggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang mengerjakan yang demikian, maka sungguh ia telah malu kepada Allâh dengan sebenar-benar malu.[22]
Jika kita mengetahui bahwa cabang-cabang iman semuanya kembali kepada perkara-perkara ini, maka kita juga mengetahui bahwa semua kebiasaan baik yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam termasuk cabang iman. Dan kadar keimanan seorang hamba, tergantung pada kadar kebiasaannya itu.
Allâh Azza wa Jalla memisalkan iman dengan pohon yang baik, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ ﴿٢٤﴾ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allâh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Rabb-nya. Dan Allâh membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” [Ibrâhîm/14:24-25]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02-03/Tahun XIX/1436H/2015. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhish Shâlihîn, I/205 dengan sedikit tambahan. [2] Lihat at-Tanbîhat al-Lathîfah, hlm. 84-89, Mujmal Masâ-il Îmân wal Kufri al-‘Ilmiyyah fii Ushûlil ‘Aqîdah as-Salafiyyah, hlm. 21-27, cet. II, 1424 H dan Mujmal Ushûl Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah fil ‘Aqîdah, hlm. 18-19. [3] Zâdul Ma’âd fii Hadyi Khairil ‘Ibâd, I/34, oleh Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah [4] Dinukil dari al-Ushûl ats-Tsalâtsah karya Syaikh al-Mujaddid Muhammad bin ‘Abdul Wahhab; Fat-hul Majîd Syarh Kitâbit Tauhîd karya Syaikh ‘Abdur-rahman bin Hasan Alusy Syaikh; Taisîr ‘Azîzil Hamîd karya Syaikh Sulaiman bin ‘Abdillah Alusy Syaikh; Al-Qaulul Mufîd ‘alâ Kitâbit Tauhîd karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin; ‘Aqîdatut Tauhîd karya Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan; serta Syahâdatu an Lâ Ilâha illallâh karya Syaikh DR. Shalih bin ‘Abdil ‘Aziz ‘Utsman as-Sindy, dan kitab-kitab lainnya. [5] Syarh Tsalâtsatil Ushûl, hlm. 71 Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. [6] Majmû’ al-Fatâwâ, XIV/171 [7] Badâ`i’ul Fawâ`id, III/926 [8] Syahâdatu an Lâ Ilâha illallâh, hlm.22 [9] Fat-hul Majîd Syarh Kitâbut Tauhiid, I/88; tahqiq DR. Al-Waalid bin ‘Abdur-Rahman bin Muhammad Aalu Furayyan. [10] Shahih: HR. Muslim, no. 23 (37), dari Abu Malik, dari ayahnya, yaitu Thariq bin Asy-yam Radhiyallah anhu [11] Shahih: HR. Muslim, no. 1914 [129] , dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu [12] Shahih: HR. Muslim, no. 1914 [128] [13] Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 652 dan Muslim, no. 1914 [127] [14] Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 3483, 3484, 6120; Ahmad, IV/121, 122, V/273; Abu Dawud, no. 4797; dan lainnya, dari ‘Uqbah bin ‘Amr al-Anshari al-Badri Radhiyallahu anhu [15] Lihat Raudhatul ‘Uqalâ wa Nuzhatul Fudhalâ’, hlm. 54 karya Ibnu Hibban al-Bustiy. [16] Madârijus Sâlikîn, II/270, cet. Darul Hadits-Kairo.Lihat juga Fat-hul Bâri, X/522 tentang definisi malu. [17] Lihat al-Hayâ’ fî Dhau-il Qur’ânil Karîm wal Ahâdîts ash-Shahîhah, hlm. 9 [18] Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 6117 dan Muslim, no. 37 (61) [19] Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam, I/501 [20] Lihat Qawâ’id wa Fawâ-id, hlm. 181 [21] Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 7 [22] Hasan: HR. At-Tirmidzi, no. 2458; Ahmad, I/387; al-Hakim, IV/323; dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 4033 dan ini lafazhnya. Derajat hadits ini hasan karena ada syawahid (penguat)nya. Lihat Shahîh al-Jâ-mi’ish Shaghîr, no. 935 dan Takhrîj Hidâyatur Ruwât, II/182-183, no. 1551